Kamis, 01 April 2010

Motivasi dalam Belajar

A. Pengertian Motivasi

Motivasi dalam bahasa Inggris-nya “Motive” berasal dari kata “Motion”, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Yaitu gerakan yang dilakukan untuk manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Dalam kata lain, kata “Motivum” menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.

Motivasi menurut Mc. Donald, adalah Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dapat didefinisikan dengan: “Serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Suardiman; 2006).

Menurut James O. Whittaker mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.

Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku.

Motivasi dalam kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual, karena berperan sebagai menumbuhkan gairah, merasa senang dan menyemangati belajar.

B. Teori-teori Motivasi

Dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Ngalim Purwanto, menyatakan beberapa teori motivasi sebagai berikut:

1. Teori Hedonisme. Semua orang cenderung menghindari diri dari sesuatu yang sulit dan yang menyusahkan dan lebih cenderung suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan. Contohnya, siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

2. Teori Naluri. Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan naluri pokok, yakni naluri mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri dan naluri mempertahankan dan mengembangkan jenis. Kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Teori ini menjelaskan tentang prilaku manusia yang memilki motivasi, didasarkan oleh naluri.

3. Teori Reaksi Yang Dipelajari. Perilaku manusia berdasarkan pada pola-pola dari tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan diminati tempat orang itu hidup.

4. Teori Daya Pendorong. Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Seorang pemimpin yang ingin memotivasi bawahannya, ia mendasarkannya kepada daya pendorong naluri dan reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan dimana dia berada.

5. Teori Kebutuhan. Tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Teori kebutuhan ini dapat dijelaskan dengan teori Abraham Maslaw, yakni Kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan, Kebutuhan Rasa Memiliki dan Cinta, Kebutuhan Harga Diri, Kebutuhan akan Aktualisasi Diri. Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik serta kebutuhan seks, dsb. Kebutuhan Rasa Aman dan Perlindungan. Rasa ingin terjaminnya keamanan, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan dan perlakuan tidak adil, dsb. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Cinta. Kebuthan akan cinta, rasa setia kawan dan kerjasama. Kebutuhan Harga Diri. Kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan dan kedudukan serta status atau pangkat, dsb. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.

B. Jenis-jenis Motivasi

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada beberapa jenis. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah yang dikemukakan berikut.

Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological drives ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis.

Motivasi menurut Woodworth & Marquis, yang terdiri dari Motif Organis, Motif Darurat dan Motif Objektif.

a. Motif atau Kebutuhan Organis, meliputi kebutuhan makan, minum, seksual dan kebutuhan untuk beristirahat.

b. Motif Darurat, adalah dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha.

c. Motif Objektif, adalah menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi dan melakukan manipulasi.

Selain kedua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua:

1. Motivasi intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar . Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk dibaca.

2. Motivasi ekstrinsik, ialah motivasi yang datang karena adanya perangsang dari luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.

C. Motivasi Berprestasi dan Karakteristiknya

Manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Teori ini memiliki sebuah pandangan (asumsi) bahwa kebutuhan untuk berprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.

Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Ada tiga jenis kebutuhan manusia menurut Mc Clelland, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk kekuasaan, dan kebutuhan untuk berafiliasi.

Mc Clelland mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi beprestasi yang tinggi adalah:

1. Berprestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar.

2. Memiliki tanggungjawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

3. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat diketahui dengan cepat bahwa hasil yang diperoleh dari kegiatannya lebih baik atau buruk.

4. Menghindari tugas-tugas yang terlalu sulit atau terlalu mudah, tetapi akan memilih tugas-tugas yang tingkat kesulitannya sedang.

5. Inovatif yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien, dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara-cara yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan.

6. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain dan ingin merasakan sukses atau kegagalan disebabkan tindakan individu itu sendiri.

D. Peran Motivasi dalam belajar

Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:

1. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.

2. Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan arti dan fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan.

F. Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasai di dalam membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan, kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian, dan celaan dipergunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar.

Guru-guru sering menggunakan incentives untuk memotivasi murid-murid agar berusaha mencapai tujuan yang diinginkan. Incentives, apapun wujudnya akan berguna hanya apabila incentives itu mewakili tujuan yang akan dicapai yang kiranya memenuhi kebutuhan psikologis murid-murid. Konsekuensinya, guru harus kreatif dan imajinasinya di dalam menggunakan incentives untuk memotivasi anak agar berusah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.

Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak-anak didik, disamping guru harus menjauhkan saran-saran atau sugesti yang negative yang dilarang oleh agama, atau yang bersifat asocial dan dursila, yang lebih penting lagi adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri anak-anak terbentuk adanya motif-motif yang mulia, luhur, dan dapat diterima masyarakat. Untuk itu guru dapat menyediakan dan mengatur situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetisi yang sehat antar anak didik, membangkitkan self-competition dengan jalan menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi yang telah mereka capai. Membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing, dapat pula memperkuat motivasi yang baik pada diri mereka.

Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, oleh karena itu, bangunkanlah motivasi intrinsik pada anak-anak didik. Jangan hendaknya anak mau belajar dan bekerja hanya karena takut dimarahi, dihukum, mendapat angka merah, atau takut tidak lulus dalam ujian.

Daftar Pustaka:

Irwanto. Psikologi Umum. Jakarta: Prenhallindo, 2002.

Neni Iska, Zikri. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s, 2008.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990.

Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta, 2003.



4 komentar: