Sabtu, 01 Oktober 2011

Metode Resitasi (Metode Pemberian Tugas)


Belajar fisika tidaklah serumit yang dibayangkan, banyak siswa yang mengeluh karena pelajaran fisika lebih sering menghafal konsep daripada memahami konsep, agar proses belajar fisika lebih efektif dan dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif, metode resitasi (penugasan) dapat diterapkan. Dengan adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Karo-Karo resitasi atau recitation adalah penyajian kembali apa-apa yang dimiliki, diketahui atau dipelajari. Pendapat tentang resitasi juga disampaikan oleh Djamarah dan Zain yang menyatakan bahwa metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.[1]  Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.[2] Menurut Soewardi dalam metode resitasi, murid diberi tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok individual yang harus dipertanggungjawabkan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengaktifkan murid berpikir dan mempertanggungjawabkan pemikirannya secara logis dan obyektif.
Metode resitasi juga merupakan suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.[3]  Namun agar lebih variatif dan menghindari kejenuhan siswa, maka dapat juga dipadukan dengan tugas berupa membuat atau merancang model-model, alat-alat atau permainan yang berhubungan dengan pelajaran fisika.
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda ketika menghadapi masalah-masalah baru. Selain itu metode ini dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalah dengan membaca sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri, mencoba sendiri dan agar siswa lebih rajin belajar.[4]
Ditinjau dari proses penyelesaian atau pengerjaannya, metode pemberian tugas dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran berlangsung dan tugas yang harus diselesaikan di luar kelas, di luar jadual belajar mengajar yang telah dijadualkan, tapi merupakan kelanjutan dari pengajaran kelas.
Agar metode ini dapat memberikan hasil belajar yang maksimal, maka hendaknya tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan unsur penguatan sehingga dapat merangsang anak didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya penguatan akan dapat menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran fisika.
Dalam memberikan tugas hendaknya perlu diperhatikan derajat kesukaran dan banyaknya soal latihan, sebab bila tugas yang diberikan terlalu sukar dan jumlahnya cukup banyak akan membuat siswa menjadi frustasi, keadaan seperti ini akan menimbulkan sikap negatif terhadap pelajaran fisika. Sedangkan bila soal tersebut terlalu mudah akan menimbulkan rasa bosan atau dengan kata lain menjemukan.
Bila metode resitasi direncanakan dengan baik, maka dapat mengaktifkan siswa untuk belajar sendiri mengenal suatu masalah dengan cara membaca, mencoba atau mengerjakan soal latihan. Selain itu, pemberian tugas dapat membiasakan siswa berpikir dengan membandingkan dan mencari hukum-hukum yang berhubungan, serta melatih siswa berhadapan dengan persoalan yang tidak hanya sekedar hapalan. Melaksanakan tugas akan mengembangkan dan memupuk inisiatif serta tanggung jawab dari siswa yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan metode resitasi perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1)    Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama mengenai tujuan pemberian tugas, dan cara mengerjakannya.
2)    Tugas yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa, kapan mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok. Hal tersebut akan sangat menentukan keefektifan penggunaan metode resitasi dalam pengajaran.
3)    Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
4)    Guru harus mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
Pada dasarnya proses belajar berlangsung dalam suatu latihan atau pengalaman, sehingga dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada individu. yang dimaksudkan pengalaman disini adalah segala kejadian yang secara sengaja atau tidak sengaja dialami seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan latihan adalah kejadian yang dengan sengaja dilakukan seseorang secara kontinu yang gunanya untuk mendapatkan keterampilan dan penguatan.
Dari urain di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik mempelajari sesuatu yang kemudian harus dipertanggungjawabkan. Karena tugas yang dikerjakan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan maka siswa akan terdorong untuk mengerjakannya secara sungguh-sungguh. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi, dapat pula mengembangkan bahan yang telah dipelajari.


[1] Ibid, h. 85
[2] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 134
[4] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005) h. 61

Tidak ada komentar:

Posting Komentar