Minggu, 29 Mei 2011

Karena Cinta Tidak Harus Berbentuk Bunga

Aku mencintai suamiku karena sifatnya yang apa adanya...

Aku begitu menyukai perasaan aman dan tentram yang muncul di hati ketika bersanding dengannya...

Tiga tahun dalam masa perkenalan.
Dua tahun dalam perkawinan harus aku akui bahwa mulai timbul rasa bosan dan lelah dengan kehidupan berumah tangga dengannya...
Dan alasan-alasan mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Aku seorang wanita yang berjiwa sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.

Aku merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan belaian.
Tetapi semua itu tidak lagi ku peroleh.
Suamiku kini jauh berbeda dari yang aku harapkan dulu...

Rasa sensitifnya kurang dan ketidak mampuan dalam menciptakan suasana romantis dalam perkawinan kami...
telah memusnahkan semua harapan tentang kehidupan yang ideal...

Suatu hari aku beranikan diri untuk menyatakan keputusan untuk bercerai ...

"Mengapa?", dia bertanya terkejut....

"Aku lelah, kamu tidak pernah memberiku cinta yang aku inginkan ..."

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak

Kekecewaanku semakin bertambah
Seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya...

Apalagi yang kuharapkan darinya?

Dan akhirnya...

Dia bertanya,

"Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah pikiranmu?"

Aku menatapnya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan, "Aku ada satu pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya, aku akan mengubah pikiranku...

"Seandainya aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung, dan kita berdua tahu, jika kau memanjat gunung itu, kau akan mati. Apakah kau akan melakukannya untukku?"

Diapun termenung dan berkata, "Aku akan memberikan jawabannya besok pagi".

Hatiku gundah mendengar reaksinya...

Keesokan paginya, suamiku tidak berada dirumah, dan aku menemukan selembar kertas dengan coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan......

"Sayang..........................
Aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan aku untuk menjelaskannya...........

Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku,
aku lantas terus membacanya....

"Sayang kau biasa menggunakan komputer dan selalu menghadapi kerusakan program di dalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, aku harus memberikan jari-jariku supaya dapat membantumu dan memperbaiki programnya".

"Kau selalu lupa membawa kunci ketika keluar rumah dan aku harus memberikan kakiku supaya dapat menendang pintu, dan membuka pintu untukmu ketika pulang.....

"Kau senang jalan-jalan keluar kota, tetapi sering tersesat ditempat-tempat baru yang kamu kunjungi....

........Aku harus menunggu di rumah dan membantumu agar dapat meberikan mataku untuk menjelaskan jalan melalui peta

"Kamu seorang yang diam di rumah, dan aku selalu khawair kamu akan menjadi aneh, dan aku harus membelikanmu sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami".

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu. aku harus menjaga mataku agar ketika tua nanti, aku masih dapat menolongmu memotong kukumu, dan mencabuti unbanmu......................".

"Tangan akan memegang tanganmu, membimbing menyusuri pantai, menikmati matahari pagi, dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu...."

"Tetapi sayangku............... aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. karena, aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku............."

"Sayangku...........aku tahu..........................
diluar sana ada banyak orang yang mampu mencintai lebih dari aku mencintaimu..................."

"Untuk itu sayangku..........jika semua yang telah kuberikan dengan tanganku, kakiku, mataku tiadak cukup bagimu......................"

"Aku tidak dapat menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu..............

Air mataku jatuh di atas tulisan dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku tetap berusaha untuk membaca selanjutnya.

"Dan sekarang sayangku...........
kamu telah selesai membaca jawabanku, jika kau berpuas hati dengan jawaban ini dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita,
Aku sekarang sedang berdiri di luar pintu menunggu jawabanmu.............

" jika kau tidak puas, sayangku.................
biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barangku. dan aku tidak akan menyusahkan kehidupanmu lagi................percayalah..........
kebahagianku adalah KAU BAHAGIA..........."

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah sendu sambil tangan memegang susu dan roti..............
kesukaanku........

Oh Tuhan......................
Kini baru aku tahu tidak ada orang lain yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku.................




diambil dari
http://www.youtube.com/watch?v=4zjUElot_OY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar